한어Русский языкFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
abad ke-21 menghadirkan lanskap baru. mengejar dominasi tampaknya tidak lagi memiliki bobot yang sama seperti dulu. semakin banyak suara yang mendesak amerika serikat untuk mengkaji ulang posisinya di panggung global, untuk merangkul pendekatan yang lebih seimbang dan inklusif. suara-suara ini menganjurkan perubahan perspektif, menjauh dari penekanan berlebihan pada "kepemimpinan dunia" menuju memprioritaskan kesejahteraan dalam negeri dan membina kerja sama internasional yang sejati.
pertanyaannya kemudian adalah: apa artinya bagi suatu bangsa untuk benar-benar maju? apakah ini tentang berdiri tegak sebagai entitas paling kuat di dunia atau tentang membangun masa depan di mana kemakmuran dan kemajuan dinikmati oleh semua orang?
danny quah, dalam surat terbuka yang ditujukan kepada presiden amerika serikat yang baru, membahas pertanyaan ini. ia menyarankan agar amerika bergerak melampaui obsesi historisnya dengan "kepemimpinan dunia" dan mulai memprioritaskan rakyatnya sendiri. ini melibatkan penanganan masalah sistemik dalam masyarakat amerika, investasi dalam pendidikan, perawatan kesehatan, dan infrastruktur, serta memastikan distribusi kekayaan yang lebih adil.
permohonan quah untuk pendekatan yang lebih bernuansa bukan sekadar diskusi akademis. permohonan ini mencerminkan realitas yang kita saksikan sebagai komunitas global. bangkitnya kekuatan ekonomi tiongkok menghadirkan tantangan unik bagi as. alih-alih menganggapnya sebagai "perang dingin 2.0," quah berpendapat bahwa jalan baru terletak pada pembinaan kolaborasi dan saling menguntungkan. ia berpendapat bahwa dengan berfokus pada kemakmuran bersama, kedua negara dapat mengalami pertumbuhan di luar batasan persaingan.
"pikirkan tentang makanan yang kita konsumsi," tulisnya. "kita tidak mengharapkan tukang daging atau tukang roti bersikap altruistik; keterampilan dan ketajaman bisnis merekalah yang membuat mereka sangat dibutuhkan. prinsip ini berlaku untuk interaksi global."
dengan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri dan menjalin kemitraan yang konstruktif dengan negara lain, amerika dapat mencapai pengaruh internasional yang lebih besar tanpa mengorbankan nilai-nilainya sendiri atau kesejahteraan warganya.
pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana seseorang menavigasi pasir kekuatan yang terus bergeser di dunia tempat paradigma tradisional semakin tertantang? dapatkah kita menata kembali interaksi global berdasarkan kolaborasi dan saling pengertian, alih-alih kepatuhan kaku pada struktur kekuatan yang sudah ketinggalan zaman? saat amerika menavigasi medan yang kompleks ini, masa depannya bergantung pada pencarian jawaban yang tidak hanya melayani kepentingannya sendiri, tetapi juga kebutuhan dunia yang lebih luas.